Minggu, 23 Desember 2012

Minim Data Pengaruhi Kualitas Lulusan StatistikaPDFPrint
Tuesday, 22 May 2012
Sejalan dengan era globalisasi, perusahaan membutuhkan sumber daya yang bernilai kompetensi. Namun, universitas dinilai belum mampu menjawab tantangan tersebut. Akibatnya, terjadi gap antara jumlah pekerjaan dan lulusan.

Menurut data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, hingga tahun 2010 terdapat 3.098 universitas di seluruh Indonesia. Dan, sebanyak 655.012 lulusan dari perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, mengacu pada data dari Kementerian Pendidikan Nasional. Sementara itu, data dari Kementerian Tenaga Kerja menunjukkan jumlah pengangguran dari lulusan sarjana dan diploma adalah 208.937 dengan usia 20- 24 tahun.


Adapun sebanyak 416.788 untuk usia 25-29 tahun. Apa artinya ini? Data tersebut menunjukkan terdapat kesenjangan yang cukup besar antara jumlah pekerjaan dan lulusan. “Padahal, keadaan saat ini tengah berada di era persaingan bisnis pada level kompetisi dan bukan lagi efisiensi. Kompetisi hanya dapat dimenangkan dengan menguasai keahlian business analytics,” kata Erwin Sukiato, Country Manager SAS Indonesia.


Dengan demikian, perusahaan dewasa ini haus akan sumber daya analis yang profesional. Namun, perguruan tinggi tampaknya belum dapat melepas dahaga para stake holder-nya jika melihat kualitas sarjana statistika. Seperti disinggung Asep Saefuddin, dosen senior Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor. “Lulusan statistika di Indonesia terlalu kuat di edukasi, namun lemah dalam aplikasi data real.



Misalnya data dari perbankan atau departemen statistika,” kata Asep di sela-sela acara konferensi pers SAS Academic Program di World Trade Center (WTC) Jakarta, belum lama ini. Asep menuturkan, masalah tersebut karena tidak tersedianya data memadai yang dapat digunakan mahasiswa untuk kepentingan penelitian. Sebenarnya dalam hal ini universitas sebagai pencetak lulusan statistika juga tidak dapat disalahkan sepenuhnya.


Persoalannya, data-data milik perusahaan yang sekiranya dapat dianalisis mahasiswa sebagai bahan pembelajaran, acap kali tidak diberikan perusahaan maupun instansi. Alhasil, mahasiswa harus puas hanya dengan belajar dari simulasi. Padahal, jika kebutuhan akan data ini terpenuhi, mahasiswa dapat menerapkan ilmunya secara lebih nyata.


Asep menambahkan, seharusnya mahasiswa mulai tingkat tiga sudah bisa masuk ke isu-isu real, seperti perbankan, perilaku pindah bank, dan sebagainya. Berbeda dengan negara tetangga Singapura. Di Negeri Singa itu, mahasiswa tingkat dua saja telah mempelajari isuisu perbankan dan kurikulum dirancang sedemikian rupa agar kelak dapat menjawab kebutuhan perusahaan sehingga tidak jarang mahasiswa yang belum lulus sudah ditarik untuk bekerja.


Berbanding terbalik dengan di Indonesia, terdapat kesenjangan yang cukup besar antara lulusan dengan penyerapannya sebagai tenaga kerja. Sebab, ketika lulus mereka harus kembali belajar dari awal, bahkan tidak sedikit yang akhirnya banting setir beralih ke bidang lain. Sebut saja lulusan analisis pertanian yang karena tidak mendapat pekerjaan yang memadai dan kebutuhan data yang sulit, akhirnya lari ke perbankan atau perusahaan lain.


“Hal ini sangat disayangkan mengingat potensi mahasiswa yang sebenarnya amat besar dalam pertanian, malah menjadi tidak terpakai. Akibatnya, pertanian Indonesia menjadi tidak terurus akibat tidak ada perubahan dan pembaharuan,” ujar Asep. Pekerjaan bagi lulusan statistika sendiri sangat luas karena hampir setiap perusahaan memerlukan lulusan ini untuk berbagai hal yang terkait dengan pengolahan data.


Beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan adalah survei pasar, survei kepuasan pelanggan, dan lain-lain, termasuk aspek analisis ekonomi makro, seperti tingkat inflasi maupun tingkat pertumbuhan ekonomi.


Oleh karenanya, peluang kerja untuk lulusan statistika sangat lapang, mencakup perusahaan swasta, instansi pemerintah (Badan Pusat Statistik, bagian data dan informasi), konsultan, serta lembaga swadaya masyarakat. Dengan begitu, prospek kariernya pun terbilang menjanjikan. sri noviarni 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar